Kamis, 17 September 2015

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar (Harian Rakyat Sumbar, 20 Desember 2014)



Permohonan Maaf

Puisi ini kutulis untuk lelakimu, sayang. dengan tujuan agar ia meminjamkanmu padaku; seumur hidup. Puisi ini kutulis dengan begitu rapi, segala cacat kuusahakan untuk tidak tertulis, jauh-jauh ia pergi, sebab ini wujud dari permohonan maaf agar ia benar-benar belum sempat untuk marah.

Jika kau setuju, sayang. kuharap esok, puisi ini telah dibaca lelakimu.

Pariaman, 2014


Puisi Untukmu
         ; Sri Ningrum

di kelopak mata kakakmu, Ning. wanita cantik yang kadang kau sebut Mbak itu. kudapati sejuk mata air kecil di bawah beringin, menggenangi aku dengan pelannya, mengalir dengan lembutnya.

sementara di senyumnya, Ning. kudapati bahagia paling Minggu, tempat untukku begitu nyaman beristirahat; melepas penat.

nanti, bila aqad kami benar-benar terjadi, jangan lupa ajak teman-temanmu ke rumah. o ya, Ning. akun facebookmu masih aktif kan?


Pariaman, 2014

Untuk Perempuan Hujan

hujanilah aku lagi
di balik dedaunan yang merekah
disempurnanya percikan genangan jalan raya
hingga kita benar lembab, sayang.

hujanilah aku erat, lekat, cumbui aku begitu lebat,
sebelum mentari panas gersang datang dan menjadi begitu menyilaukan.

dan esok, kita harus bergegas pergi, menimba embun-embun
bertemu mimpi yang sumbringah, di hujan air mata
sederas kesedihan, serasa ketiadaan.

Pariaman, 2014

Senyummu

kau taburkan lagi seikat senyum
menjentik kelopak mataku
menawarkan gairah sebongkah embun
menyelinap detak jantung; tak kemana-mana lagi

Pariaman, 2014


Tokoh Sastra Berpengaruh
;Tan Malaka

Tan,
kau lah yang mengajariku mengeram Tuhan
di hati
Lewat tarekat-tarekat penuh syarat, juga dalam nada-nada filsafat
Mengajakku aktif menulis lupa, mengajarkanku berkaca pada manusia
Dan menulis Indonesia

Apa kabar, Tan?
Benarkah ada bidadari di syurga?

Pariaman, 17 Februari 2014 pukul 00: 46 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar