Kamis, 17 September 2015

Puisi Maulidan Rahman Siregar (Fam Surabaya, 05 April 2014)

Perihal Hujan Kemarin

/1/

gemuruh tangis Mikail yang jatuh buru-buru selalu saja melukiskan namamu
di tiap rintiknya, inikah yang disebut merindu, Din?

/2/
Din, tentang hujan yang menggenangi atap kotaku senja tadi, sudilah kiranya
aku menganggap itu kamu. maka banjirlah aku, maka tenggelamlah aku dalam rindu,
lalu berlinanglah itu si kelopak mataku, mengiringi titik-titik hujan yang silih berganti,
berpacu dalam melodi-melodi nan syahdu,
ya, kira-kira begitu, Din.

/3/
tentang warna pelangi yang timbul selepas hujan berduyun-duyun senja tadi di kotamu, Dinda.
sudilah kiranya kau menganggap itu aku. Oke?

Pariaman, 6 Maret 2014

Bisa dilihat di sini:

http://famsurabaya.blogspot.co.id/2014/04/puisi-perihal-hujan-kemarin-karya.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar