Perihal Hujan Kemarin
/1/
gemuruh tangis Mikail yang jatuh buru-buru selalu saja melukiskan namamu
di tiap rintiknya, inikah yang disebut merindu, Din?
/2/
Din, tentang hujan yang menggenangi atap kotaku senja tadi, sudilah kiranya
aku menganggap itu kamu. maka banjirlah aku, maka tenggelamlah aku dalam rindu,
lalu berlinanglah itu si kelopak mataku, mengiringi titik-titik hujan yang silih berganti,
berpacu dalam melodi-melodi nan syahdu,
ya, kira-kira begitu, Din.
/3/
tentang warna pelangi yang timbul selepas hujan berduyun-duyun senja tadi di kotamu, Dinda.
sudilah kiranya kau menganggap itu aku. Oke?
Pariaman, 6 Maret 2014
Bisa dilihat di sini:
http://famsurabaya.blogspot.co.id/2014/04/puisi-perihal-hujan-kemarin-karya.html
/1/
gemuruh tangis Mikail yang jatuh buru-buru selalu saja melukiskan namamu
di tiap rintiknya, inikah yang disebut merindu, Din?
/2/
Din, tentang hujan yang menggenangi atap kotaku senja tadi, sudilah kiranya
aku menganggap itu kamu. maka banjirlah aku, maka tenggelamlah aku dalam rindu,
lalu berlinanglah itu si kelopak mataku, mengiringi titik-titik hujan yang silih berganti,
berpacu dalam melodi-melodi nan syahdu,
ya, kira-kira begitu, Din.
/3/
tentang warna pelangi yang timbul selepas hujan berduyun-duyun senja tadi di kotamu, Dinda.
sudilah kiranya kau menganggap itu aku. Oke?
Pariaman, 6 Maret 2014
Bisa dilihat di sini:
http://famsurabaya.blogspot.co.id/2014/04/puisi-perihal-hujan-kemarin-karya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar